Salam siang, ya, paman-paman, pomen-pomen, Pateh-Pateh Kerma Wijaya sekalian.
Riuhnya bangat, kok orang Malaysia, maaf, Maling Sial mencuri budaya bapak-bapak dan ibu-ibu di seberang sana.
Kok ngoyok ngono?
Maaf, saya mana mungkin boleh bertutur Bahasa Indonesia. Maka di sini, saya ingin mencuri sebuah lagu Samson. Tidak, bukan Samson and Delilah - kisah cinta-benci antara adiwira Palestin dan perempuan Yahudi, tetapi sebuah kugiran Indonesia yang saya minati.
Jadi, saya curi lagunya dan saya ubah agar dijadikan hadiah buat Dian Sastro.
Bukan Pendetku
setelah kupahami
ku bukan yang asli
yang ada di hatimu
tak dapat kusuapkan
ternyata tempenyalah
yang kepingin kamu
bukanlah tempeku
kini maafkanlah aku
bila ku menjadi bisu
kepada dirimu
bukan pendetku terbungkam
hanya pendetku berbatas
tuk memendet kamu
pendetkanlah aku
korus:
walau wei!
kumasih memalingmu!
kuharus memalingkanmu!
kuharus membaksokanmu
meski mukjisat payudaraku
hebatnya membutuhkanmu
kuharus membutuhkanmu
dan hanyalah butuh kamu
yang mampu memahamiku
yang dapat memendetkan aku
ternyata batiknyalah
yang sanggup menggamelanmu
yang lama menyentuhmu
bukanlah butuhku!
walau wei!
kumasih memalingmu!
kuharus memalingkanmu!
kuharus membaksokanmu
meski mukjisat payudaraku
hebatnya membutuhkanmu
kuharus membutuhkanmu